Minggu, 25 September 2011

Lebih Mudah Yang Mana, Membentuk? Atau Mengubah?


Lebih Mudah Yang Mana, 
Membentuk? Atau Mengubah?


Saat orang tua yang datang ketempat praktek saya membawa anak-anak nya dengan tujuan mengubah perilaku anak nya, maka hal yang muncul dalam benak saya adalah adanya kesulitan dalam melakukan perubahan-perubahan ini. Apakah Kesulitan itu? Kesulitan muncul karena alasan kematangan proses berpikir anak, adanya pemahaman bahasa yang akan dikomunikasikan dan ketidak fahaman seorang anak untuk melakukan teknik-teknik yang dibimbingkan. Hal ini banyak terjadi pada anak-anak yang usia nya dibawah 6 tahun.

Seorang terapis handal harus mempunyai dasar-dasar dalam melakukan perubahan-perubahan atas apa yang dilakukan dan ada variable serta value-value subyektif dan obyektif atas apa yang dia lakukan. Banyak orang tua yang datang berpersepsi bahwa karena saya juga seorang hipnotis dan hipnoterapis, maka mereka berpikir bahwa untuk mengubah anak mereka, cukup dengan menidurkan nya seperti yang mereka lihat mungkin di televisi, dibuku-buku atau diseminar-seminar atau dari hal-hal lain yang mereka pernah dengan dan lihat, kemudian mengucapkan kata-kata tertentu yang kadang mereka katakan : “tolong sugesti anak saya” untuk berubah. 

Dari hal ini sangat jelas ketidak mengertian dan ketidak fahaman dari orang tua bahwa jika dengan hal seperti itu dapat mengubah anak mereka dengan sangat mudah dan sangat cepat maka tak perlu lagi ada seminar-seminar tentang parenting dan anak, buku-buku mendidik dan membentuk perilaku anak, tak perlu lagi ada sekolah, dan lain sebagai nya, cukup dengan datang ke tukang hipnosis dan mintalah kepadanya untuk menghinotis nya dan kemudian dibangunkan maka “berubahlah” semua. Cukup mudah bukan, tak perlu waktu lama dan seharusnya juga tak perlu biaya mahal dan semua anak dapat berubah dengan mudah dan gampang, tapi pada kenyataan nya, apa yang sebenarnya terjadi?....Saya yakin anda dapat menilai nya sendiri sebagai orang tua yang bijaksana.

Jika kita melihat pada salah satu dogma dari segi spiritual yang menyatakan bahwa anak pada usia tertentu sesuai dengan ayat atau surah tertentu maka perilaku nya wajar saja seperti itu, maka hal tersebut adalah biasa-biasa saja, maka yang terjadi adalah tidak adanya usaha dari kita sebagai orang tua untuk lebih dahulu mengansipasinya atau melakukan tindakan-tindakan preventif agar perilaku tersebut tidak terbentuk, bahkan tidak menjadi kebiasaan si anak.

Sekarang mari kita lihat dari sudut pandang jika perilaku tersebut telah terjadi. Seperti yang saya katakan diatas, banyak orang tua yang berpikir instan untuk dapat mengubah anaknya seperti dengan mendatangi tukang hipnotis. Apakah semudah yang orang tua pikir bahwa perubahan itu dapat dengan mudah terjadi?
Pikirkan, bahwa perilaku anak yang terbentuk saat ini bukan lah  perilaku yang baru saja terjadi, dapat jadi perilaku tersebut telah terbentuk sejak 1,2,3,4,5 bahkan lebih dari 10 tahun yang lalu dan terus berlanjut dalam kehidupan nya hingga saat in. Apa yang terjadi saat ini adalah karena anda sebagai orang tua baru saja mengevaluasi dan memahami nya bahwa perilaku tersebut tak dapat lagi dibiarkan karena dapat merusak ke ekologisan rumah, lingkungan dan tak dapat membuat anak tersebut menjadi lebih baik untuk meraih masa depannya. Berarti perilaku tersebut sudah lama terbentuk dan sekarang telah menjadi Kebiasaan (Habit) dari anak tersebut.

Kalau perilaku tersebut telah menjadi Perilaku dan Kebiasaan anak tersebut berarti perilaku tersebut dianggap penting secara emosional oleh anak tersebut dan dari hasil pengolahan dalam pikiran anak tersebut, yang berarti telah menjadi data jangka panjang dalam memori anak tersebut. Sehingga yang harus dilakukan pada perubahan Perilaku nya adalah membuat memori tersebut tak dapat atau sulit untuk dipanggil kembali dan menggantinya dengan memori lain yang lebih bermanfaat dan memberdayakan baik dari segi Moral Etika, Sopan Santun, Kecerdasan dan tujuan hidup jangka panjang si Anak. 

Nah disinilah kesulitan terbesar terjadi, mungkin buat anda yang tak memahami bagaimana terbentuknya memori jangka panjang sehingga menjadi Perilaku berpikir, dengan teknik hipnosis maka dapat dengan mudah mengganti memori tersebut bahkan dengan seketika. Mari kita pikirkan sama-sama, apakah benar asumsi tersebut? Saya yakin anda dapat memahami dan menjawabnya dengan tepat atas asumi tersebut. Namanya saja memori jangka panjang, dimana memori ini terbentuk karena adanya emosi yang kuat dalam pikiran anak, maka kita pun juga harus membuat emosi baru yang jauh lebih kuat dan jauh lebih memberdayakan. 

Oke, disini saya sudah menjelaskan prinsipnya secara sederhana maka untuk lebih jelasnya dan untuk lebih memahaminya, silahkan anda lakukan sendiri lebih dahulu, sehingga anda dapat lebih tahu, apakah semudah yang anda pikir untuk mengganti emosi yang menggerakan anak sehingga adanya perilau tersebut dan telah menjadi kebiasaan anak untuk anda ubah? Apalagi anak tersebut berusia sekitar 2 – 5 tahun,dengan lama nya perilaku tersebut terbentuk sekitar 1-4 tahun, hingga akhirnya anda dapat mengubah perilakunya menjadi Perilaku baru dan menjadi kebiasaan baru yang jauh lebih bermanfaat dan lebih memberdayakan.

Pada saat anda tahu dan memahami hal ini, maka saya yakin dalam pikiran anda muncul bahwa ternyata mengubah memang jauh lebih sulit dan tak semudah serta segampang teori yang saya jelaskan diatas. Maka muncul lah pikiran selanjut nya di otak anda bahwa lebih baik saya sebagai orang tua membentuk perilaku anak saya lebih dahulu sesuai dengan Moral Etika, Sopan Santun, Perilaku yang menguntungkan dan memberdayakan diri nya, Pintar dan Cerdas serta Perilaku yang dapat memikirkan dan menentukan hal dan langkah apa saja yang sebaiknya dilakukannya kelak.

Kembali Yang jadi pertanyaan yang mungkin muncul dibenak anda adalah sudah kah anda sebagai orang tua punya sumber daya dan pengetahuan untuk melakukan proses pembentukan perilaku yang terbaik untuk anak-anak anda tersebut. Marilah kita sama-sama disini belajar dan berdiskusi, bagaimana menjadi orang tua yang terbaik untuk anak-anak anda dan juga keluarga anda. Salam
Read More..

Sabtu, 24 September 2011

Dogma Pembentukan Perilaku


Dogma Pembentukan Perilaku



Setiap hari saya ditempat praktek menerima banyak orang tua yang membawa anak nya dengan berbagai macam masalah terutama Hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan Perilaku dan Hal-hal yang berhubungan dengan masalah Pembelajaran anak-anak mereka. Mulai dari yang berusia lebih dari 1,5 tahun sampai dengan usia dewasa.

Kadang dalam Pikiran saya menyeletuk bahwa orang-orang tua ini cukup aneh bagi saya. Mereka yang melahirkan, mereka yang merawat dan mereka yang membesarkan, saat ada masalah lho ko saya yang harus menyelesaikan nya, ko bukan mereka sendiri sebagai orang tua yang harus nya dapat menyelesaikan berbagai macam permasalahan tersebut.

Mungkin buat anda terasa heran dengan apa yang ada di pikiran saya tapi dapat jadi juga anda pun punya pemikiran yang sama dengan saya. Dapat jadi anda berpikir bahwa karena saya mengaku sebagai seorang Parenting Consultan maka tugas saya lah membantu orang tua menyelesaikan dan mengubah anak-anak yang bermasalah itu. Tugas seharusnya dari Parenting consultan bukanlah untuk mengubah anak tapi lebih fokus pada perubahan perilaku orang tua yang membentuk perilaku anak-anak mereka, dan seharusnya mereka sebagai orang tua lah yang jauh lebih tau apa yang menyebabkan dan yang membentuk berbagai macam masalah-masalah tersebut.

Disinilah banyak letak ketidak mengertian dan ketidak fahaman orang tua dan sebagian orang-orang lain nya lagi yang lebih suka dan merasa lebih mudah mengubah anak. Disaat anda mengerti dan memahami bagaimana sebenarnya perilaku anak tersebut terbentuk maka anda sebagai orang tua dapat memami dengan benar bahwa saya lah sebagai orang tua yang harus nya lebih dahulu berubah untuk dapat membentuk perilaku anak-anak saya menjadi jauh lebih baik dan dapat mendidiknya dengan sabar sehingga dapat menjadi anak yang pandai dan cerdas agar mereka nantinya dapat memilih dan menentukan tujuan hidup mereka masing-masing. Tugas dari orang tua hanyalah sebagai pengantar anak-anak nya, bukan sebagai diri dari anak-anak nya.

Salah satu hal yang dapat menjadi dasar orang-orang yang terdahulu bahwa perilaku anak dan juga orang dewasa tak dapat di ubah karena ada nya dogma seperti yang dikutip Sharon Begley yaitu Dogma Kawat Kaku dimana buku atau teks-teks rujukan, kursus ilmiah dan penelitian mutakhir selalu merujuk pada dogma yang menyatakan bahwa pembentukan otak tejadi pada masa kanak-kanan, dan setelah itu strukturnya tidak berubah, sebuah dogma yang bertahan sejak pertama kali ilmu otak dipelajari dan dikembangkan.

Dengan ada nya penelitian-penelitian lanjutan yang lebih baru tentang Neuroplastisitas, dimana otak mampu dan dapat berkembang sesuai dengan pikiran atau pikiran dapat mengubah otak maka dogma lama harus lah telah pupus dan berganti dengan dogma baru ini yaitu Neuroplastisitas, dimana Neuroplastisitas ini menarik banyak minat peneliti dibidang saraf.

Kembali kepada Perilaku dengan dogma lama, bahkan ada pula dogma yang menyatakan bahwa perilaku anak yang terjadi sesuai dengan dogma agama seperti yang tertulis dalam al quran terutama Surah-surah dalam Al Quran, dimana dinyatakan bahwa anak yang berusia 12 tahun memang banyak menceritakan anak-anak yang nakal karena itulah hal yang biasa saja bahwa anak usia tersebut menjadi nakal. Surah Ke-13 yang lebih banyak menjelaskan tentang petir yang berarti anak-anak yang sesuai dengan surah ke-13 yaitu usia 13 tahun adalah hal biasa meledak-ledak perilakunya, dan seterusnya.

Sungguh sebuah dogma yang sangat aneh yang tak berdasar pada Pengetahuan Modern, yang tidak bersinggungan dan bertentangan dengan Nilai-nilai spritualitas dan agama yang dianut. Tak salah buat kita untuk menghubung-hubungkan hal-hal tertentu dengan hal-hal tertentu pula seperti perilaku anak, tetapi alangkah lebih bijaksana nya lagi kita mau melihat, mengerti dan memahami nya dengan ilmu-ilmu lain nya terutama Science Modern, dimana telah banyak hasil-hasil penelitan terbaru dengan alat-alat modern dan canggih yang benar-benar dapat diterima dengan Akal Logika dan sesuai dengan Nilai spiritual yang kita miliki.

Dengan terpatahkan nya dogma-dogma lama dengan dogma-dogma baru Neuroplastisitas maka alangkah bijak nya kita sebagai orang tua minimal tau dan lebih baik lagi untuk belajar lagi,  terutama pelajaran dan pengajaran bahwa perilaku manusia itu dibentuk dan dapat terus dibentuk sesuai dengan kondisi pikiran manusia itu sendiri terutama perilaku anak yang sesuai dengan pola pikir dari anak-anak yang belum begitu matang, belum begitu banyak informasi yang masuk sehingga adanya keterbatasan dalam mengolah data terebut dalam proses berpikir anak-anak kita dan juga karena belum matang nya proses berpikir bijaksana dalam otak anak-anak kita maka sewajarnya lah kita sebagai orang tua yang memasukan data dalam memori anak kita untuk dapat diolah nya menjadi Perilaku yang sesuai Moral Etika, Sopan Santun dan Perencanaan apa yang akan dilakukannya untuk dapat menentukan apakah yang dilakukan anak-anak kita tersebut baik/ bermanfaat dan memberdayakan atau tidak bermanfaat/ tidak memberdayakan.

Sekarang mari kita sadari bersama sebagai orang tua, adakah Niat atau sudahkah kita mengetahui semua hal ini, terutama Pembentukan Perilaku anak-anak kita. Kalau sudah ada Niat tapi belum dapat mengetahui, mengerti apalagi memahami nya, mari kita sama-sama belajar dan berdiskusi lebih lanjut mengenai pembentukan Perilaku anak-anak kita dengan Perilaku nya yang BerMoral, BerEtika, BerSopan-santun dengan Proses berpikir Penuh Perencanan yang baik dan terbaik untuk kehidupanya.
Read More..

Jumat, 23 September 2011

Sekolah Ayah Ibu: SEKOLAH AYAH IBU

Sekolah Ayah Ibu: SEKOLAH AYAH IBU: SEKOLAH AYAH IBU Sekolah ayah ibu adalah program dibuat oleh dr.Akhmad Fadly Noor untuk semua calon orang tua dan orang tua baik...
Read More..

Kamis, 22 September 2011

PERILAKU ITU DIBENTUK? ATAU TERBENTUK?


PERILAKU ITU DIBENTUK? ATAU TERBENTUK?



Daniel Goleman mengatakan bahwa 15 – 25 tahun yang lalu teori Neuroplastisitas yang sekarang menjadi pembicaraan hangat menyatakan bahwa ahli saraf terdahulu mengatakan bahwa pembentukan otak terjadi pada masa kanak-kanak, dan setelah itu struktur nya tidak berubah; dogma ini telah bertahan lebih dari 1 abad, tetapi sat ini dogma ini telah masuk tong sampah. Kini ilmu saraf telah memiliki sebuah cabang baru yang menjelajahi beragam cara pembentukan otak sepanjang kehidupan manusia.

Dalam penelitian Glenn Doman dan Janet Doman pada 3 orang bayi :
  1. Seorang bayi yang lahir prematur dua bulan di Chicago, yang kini berusia tepat dua bulan.
  2. Seorang bayi sehat, dengan masa kandungan utuh,yang dibuahi pada hari yang sama dengan bayi  prematur tadi juga di chicago
  3. Seorang bayi sehat berusia tiga bulan, berasal dari suku Xingu di Mato Grosso, Brazil
      Kesimpulan dari hasil penelitian mereka bahwa bayi yang lahir prematur dua bulan lebih dahulu dibandingkan dengan bayi masa kandungan yang utuh dan bayi sehat dari suku Xingu di pedalaman Brasil ternyata perkembangan otak nya jauh melebihi dari ke-2 anak lain nya. Hal ini dikarenakan bayi yang prematur tersebut lebih beruntung telah melihat duni selama 2 bulan sebelum nya. Yang berarti memori bayi ini jauh lebih banyak menampung dan menyimpan memori dari apa yang dilihat, dengar dan dirasakan nya lebih dahulu.

Banyak pula orang tua yang berpikir bahwa apa yang terjadi dengan anak-anak mereka baik dari segi perilaku dan kecerdasan mereka adalah sesuai dengan apa yang ditetapkan tuhan pada anak-anak mereka. Sehingga banyak orang tua yang pasrah saja dalam membesarkan, membentuk perilaku dan mendidik anak-anak mereka dengan keterbatasan pengetahuan ini. Dan sebagian lagi pasrah bahwa apa yang terjadi pada anak-anak mereka tak dapat lagi dilakukan perubahan apapun, sehingga membiarkan saja anak-anak mereka dengan perkembangan perilaku dan kecerdasaan seadanya.

Berdasarkan pada Pendapat ahli diatas dan penelitian yang dilakukan para ahli di atas, dapat kita telusuri ternyata bahwa otak terus berkembang selama kehidupan kita dengan mengikuti Pikirannya dan Pikirannya juga mengubah otak, sehingga perilaku pun juga dapat dibentuk mau seperti apa dan mau bagaimana, begitu juga dengan kecerdasan yang dimiliki anak-anak kita.

Pikiran merupakan hasil olah otak dengan mengambil semua data atau memori yang tersimpan dalam otak, hasil dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan anak atau hasil dari pengalaman hidup anak.
Berdasarkan pada apa yang didapat dari semua hal tersebut saya menerapkan nya pada perkembangan anak-anak saya dirumah, baik perkembangan perilaku nya dan perkembangan pengetahuannya untuk menjadikannya lebih cerdas dengan gaya belajar yang sangat mudah.

Setiap hari dan setiap waktu saya terus memperhatikan perilaku apa saja yang terbentuk dari anak saya. Jika perilaku yang terbentuk tersebut tak sesuai dengan norma Etika, Moral, Sosial, Kultural dan Agama maka segera saya lakukan perubahan. Perubahan yang dilakukan wajib dengan bijaksana karena keterbatasan kemampuan berpikir matang, logis dan bijaksana dari seorang anak yang masih kecil.

Dengan Kebijaksanaan dari orang tua dalam melakukan perubahan-perubahan Perilaku dalam kehidupan anak yang memang jauh lebih bijaksana dan matang dalam proses berpikirnya maka perubahan yang terjadi saat pembentukan perilaku pun terjadi dengan sangat mudah dan cepat, tanpa amarah serta tuk hasil jangka panjang sepanjang hidup mereka.

Nah melakukan perubahan-perubahan secara bijaksana inilah yang perlu latihan. Ternyata tak hanya perilaku anak yang dibentuk, tapi perilaku orang tua pun juga harus dibentuk. Pertanyaan nya adalah siapakah yang harus lebih dahulu dibentuk? Untuk membentuk anak-anak yang sesuai dengan Moral Etika, Sopan Santun, anak-anak yang cerdas dan juga bijaksana?

Saya yakin, anda semua sebagai orang tua yang mau anak-anak nya menjadi anak-anak yang luar biasa seperti yang telah disebutkan diatas, dapat mengevaluasi diri anda, memperbaikinya dan dapat melakukan hal yang tepat dan benar untuk anak-anak anda. Siapkah anda sebagai orang tua tuk berubah lebih dahulu dan melakukan semua hal ini?... Dan saya yakin kini anda semua sebagai calon orang tua dan sebagai orang tua menyadari bahwa Perilaku anak, begitu juga dengan kecerdasaan nya adalah hasil dari Pembentukan, bukan terbentuk begitu saja!!!...
Read More..

Rabu, 21 September 2011

SEKOLAH AYAH IBU


SEKOLAH AYAH IBU



Sekolah ayah ibu adalah program dibuat oleh dr.Akhmad Fadly Noor untuk semua calon orang tua dan orang tua baik single parent ataupun masih komplit.

Sekolah ayah ibu adalah Program peralihan dari Program Superparenting yang sebelumnya dikembangkan. Peralihan ini dimaksudkan untuk lebih mudah dimengerti oleh semua orang tua.

Selama ini banyak orang tua dan banyak pihak yang kurang faham dan salah mengerti tentang program Superparenting atau Parentng, dimana kesalah fahaman nya adalah program ini dimaksudkan untuk mengajarkan orang tua cara mengubah perilaku anak, sesuai dengan perilaku yang mereka mauin.

Dengan Perubahan label Program menjadi Sekolah Ayah Ibu maka diharapkan orang tua lebih dapat memahami bahwa subyek utama Program ini adalah semua orang tua dan atau calon orang tua, yaitu Secara langsung merubah Perilaku dari Orang tua lebih dahulu sehingga orang tua dapat menjadi lebih Bijaksana dalam pembentukan Perilaku anak dan dalam Mendidik Anak menjadi anak-anak yang BerMoral, BerEtika, BerSopan Santun dan mempunyai Perencanaan jauh kedepan untuk kehidupan diri mereka dengan Kecerdasan dan Kepandaaian yang mereka miliki melalui Orang Tua mereka yang telah membimbing mereka dengan nyaman dan mudah sehingga mereka menjadi sangat senang dan gembira dalam belajar menuntut ilmu.

Pada saat orang tua berpikir bahwa anak-anak mereka lah yang harus nya berubah maka orang tua berarti tidak mengerti dan memahami bagaimana perilaku anak itu terbentuk. Harus disadari oleh semua calon orang tua dan orang tua bahwa perilaku anak itu dibentuk, bukan terbentuk begitu saja. Pada saat memahami bahwa perilaku anak itu dibentuk maka orang tua harus siap membentuk perilaku mereka dengan sebaik-baiknya terutama perilaku yang BerMoral, BerEtika, BerSopan Santun dan mempunyai Perencanaan jauh kedepan untuk kehidupan diri mereka.

Harus disadari pula oleh orang tua bahwa membentuk Perilaku anak sebenarnya jauh lebih Mudah daripada mengubah perilaku nya yang sudah terbentuk, bahkan telah menjadi kebiasan nya (habit).

Pembentukan Perilaku pada anak disini dibagi menjadi 2 hal, yaitu :
1. Membentuk Perilaku anak Sejak Dini, dan
2. Membentuk Kecerdasaan Anak Sejak dini.

Pemahaman pembentukan disinipun juga harus diluruskan karena ada banyak ketidak mengertian dan ketidak fahaman dari orang tua, bahwa mereka pun merasa turut diperbolehkan untuk turut menentukan apa yang mereka mauin pada anak-anak mereka mau menjadi apa dan menentukan masa depan apa untuk anak-anak mereka.

Tujuan sebenarnya adalah Pada saat orang tua dapat menghantarkan anak-anak mereka menjadi Peribadi yang BerMoral, BerEtika, BerSopan Santun dan mempunyai Perencanaan jauh kedepan untuk kehidupan diri mereka dan berhasil memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak mereka maka izinkan mereka memilih hal yang terbaik yang mereka Mau dan dapat lakukan untuk Tujuan Hidup Mereka sesuai dengan Visi dan Misi Hidup Mereka yang telah mereka Pilih.

Disinilah kesadaran Penuh yang benar-benar harus disadari oleh semua calon orang tua dan orang tua semua nya bahwa mereka cukup menghantarkan yang terbaik untuk anak mereka, terbaik menjadi Perilaku yang BerMoral, BerEtika, BerSopan Santun dan mempunyai Perencanaan jauh kedepan untuk kehidupan diri mereka dan Terbaik di Pendidikan Mereka untuk mencapai tujuan hidup mereka yang dengan bebas mereka pilih sesuai dengan Moral Etika, Agama, Sosial, Lingkungan dan Negara.

Pertanyaan selanjutnya yang muncul dari benak kita sebagai orang tua adalah sudah kah kita mempunyai pengetahuan dan sumber daya yang terbaik untuk menjadi orang tua yang terbaik untuk anak-anak kita sehingga meraka dapat tumbuh menjadi anak-anak yang BerMoral, BerEtika, BerSopan Santun dan mempunyai Perencanaan jauh kedepan untuk kehidupan diri mereka dan dengan Kecerdasan dan Kepintaran yang luar biasa? Kalau anda masih merasa belum mempunyai pengetahuan dan sumber daya untuk menjadikan anak-anak menjadi seperti yang dikatakan di atas, ayo kita sama-sama belajar dan berdiskusi bersama untuk benar-benar dapat menjadi orang tua yang terbaik untuk anak-anak kita…
Read More..